Pengembangan destinasi wisata di Desa Klopoduwur, Banjarejo

Terkendala kesadaran masyarakat dan pembiayaan

Potensi wisata di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo diyakini sangat berpeluang menyedot kunjungan wisata. Adanya masyarakat Sedulur Sikep Samin di Pedukuhan Karangpace di desa ini bisa menjadi magnet tersendiri kunjungan wisata. Tinggal membuka kesadaran masyarakat untuk menjadikan pariwisata sebagai peluang menumbuhkan ekonomi pedesaan.

SUGENG Kurniawan adalah ketua kelompok sadar wisata di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora. Siang itu dengan antusias ia bercerita ihwal rencana induk pengembangan pariwisata di desanya. Terdapat 3 destinasi wisata yang bisa menjadi paket wisata yang bisa ia jual ke masyarakat domestik. Dua destinasi sudah terbentuk, tinggal penyempurnaan, yakni Embung Kedung Sambi dan Kampung Samin Dukuh Karangpace. Sementara 1 destinasi yang bisa menjadi agrowisata masih menanti keterlibatan kalangan pemodal.

"Kami punya yang namanya segitiga destinasi wisata Klopoduwur, yakni Kampung Samin, Embung Kedung Sambi, dan lahan Perhutani yang kita kerja samakan untuk tanaman buah-buahan yang akan menjadi agrowisata," katanya pada November 2022.

Rencana mengembangkan segitiga destinasi wisata Klopoduwur ini sudah dijalani sejak sebelum masa pandemi. Bahkan jauh hari sebelumnya, Sugeng sudah menemui masyarakat Kampung Samin Dukuh Karangpace untuk bisa dijadikan obyek wisata.

"Kami juga sudah sampaikan ke Mbah Lasiyo (sesepuh Sedulur Sikep Kampung Samin) dan sudah diijinkan untuk dijadikan destinasi wisata. Tinggal pengembangannya, semisal ada museum dan tempat edukasi sejarahnya. Sementara dari kebun agrowisata ke Kampung Samin dihubungkan jalan yang melintasi persawahan untuk memberikan pemandangan kepada wisatawan yang berkunjung," paparnya.

Namun, rencana yang telah lama dirintis ini sepertinya tak mudah untuk direalisasikan. Pasalnya, banyak kendala dan hambatan yang masih perlu dicarikan jalan keluarnya, terutama membangunkan kesadaran dari masyarakat desa tentang potensi ekonomi wisata.

"Kesadaran masyarakat adalah hambatan dan tantangan terbesar, apalagi tanpa ketersediaan uang untuk mengembangkan destinasi wisata. Karena itu kami mengundang siapapun yang bisa menjadi investor. Karena kami yakin dengan potensi wisata Klopoduwur yang masih berpeluang besar," ujarnya.

Tanpa melibatkan investor, Sugeng tak yakin rencana besar untuk membuat segitiga destinasi wisata di Desa Klopoduwur dapat diwujudkan. Apalagi dengan kondisi masyarakat yang belum memiliki kesadaran potensi wisata yang bisa dijadikan lahan perekonomian.

"Sebelum pandemi kami coba mengembangkan agrowisata dengan menanam tanaman buah di atas lahan 2 hektar milik Perhutani yang dikerja-samakan dengan pokdarwis. Awalnya antusias masyarakat sangat tinggi. Tapi saat musim kemarau, tak ada yang merawat tanamannya. Kekurangan air, tanamannya jadi mati. Apa yang dirintis berhenti tengah jalan. Begitu juga saat kami lakukan penghijauan di kawasan Embung Kedung Sambi untuk membuat kawasan tersebut tidak panas lagi dan jadi lebih rindang, tapi akhirnya tak terawat lagi," bebernya.

Diakuinya, dari sekian banyak warga desa yang masuk dalam keanggotaan kelompok sadar wisata (pokdarwis) yang ia ketuai, hanya satu orang saja yang masih bersedia ia ajak memikirkan bagaimana menghidupkan ekonomi wisata di Desa Klopoduwur. Lainnya sibuk dengan urusan dan pekerjaan masing-masing.

"Ini yang menjadi tantangan untuk mengembangkan desa wisata di Desa Klopoduwur," tutupnya.

***