Desa wisata Waru, Kecamatan Jepon

Menunggu perbaikan aksesbilitas jalan setelah dihantam pandemi

Pandemi covid-19 yang menghantam selama 2 tahun membuat wisata Puncak Mundri di Desa Waru, Kecamatan Jepon nyaris mati total. Matinya wisata ini membuat daya dorong kelompok sadar wisata (pokdarwis) desa setempat untuk mengembangkan desa wisatanya menjadi lemah. Di sisi lain, akses jalan yang tak pernah mendapat perbaikan membuat kelompok ini enggan memikirkan bagaimana membuat desa wisata yang bisa menyedot kunjungan. Butuh perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten Blora.

SUDAH beberapa hari ini, di bulan November 2022, jalan masuk ke Desa Waru dari Desa Soko ditutup. Ada perbaikan jalan yang menggunakan anggaran dana desa yang masih belum bisa dilewati kendaraan roda 4. Setidaknya perlu waktu seminggu hingga 10 hari, jalan yang selama berminggu-minggu dicor ini baru bisa dilewati kendaraan roda 4. Untuk mencapai Desa Waru ini, pengguna kendaraan roda 4 perlu memutar ke Desa Kajar, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.

Di Desa Waru inilah Gunung Mundri berada. Gunung ini telah cukup terkenal. Banyak kunjungan wisata yang membuat Pemerintah Desa Waru di Kecamatan Jepon tergerak untuk mengembangkan desanya menjadi desa wisata. SK Desa Wisata dari Dinas Kepemudaan Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Blora didapat pada pertengahan 2019. SK ini dikuatkan dengan SK Bupati Blora pada akhir 2019.

"Lantas 3 bulan kemudian, pandemi covid-19 datang. Sejak itu, kami di kelompok sadar wisata vakum kegiatan," kata Totok Iswano, Kaur Keuangan Pemerintah Desa Waru yang aktif di depan dalam mengembangkan wisata di desanya.

Vakumnya kegiatan kelompok sadar wisata ini bukan tanpa alasan. Kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat dari pemerintah membuat kunjungan wisata ke Gunung Mundri berkurang, lalu perlahan mulai nyaris tidak ada kunjungan.

"Bahkan di tahun 2022 ini, setelah pandemi mulai berkurang, hampir tidak ada kunjungan wisata ke desa kami, yang tujuannya naik ke Puncak Mundri," imbuh Totok.

Sebelum pandemi, Gunung Mundri kerap menjadi tujuan kunjungan wisata yang ingin menikmati pemandangan alam dari ketinggian. Banyak di antara kunjungan ini yang berkemah menanti nikmatnya pemandangan terbitnya matahari. Warga desa menyediakan penyewaan tenda bagi pengunjung yang ingin berkemah tapi tak memiliki tenda.

"Desa juga menyediakan tempat parkir di rumah warga yang memiliki pelataran luas buat parkir kendaraan. Tarifnya Rp5.000 sudah termasuk tiket masuknya," ujar Totok.

Tak hanya wisata pemandangan alam di ketinggian, di desa ini juga banyak tempat-tempat wisata untuk tujuan religi. Di antaranya: petilasan Watu Amben, Watu Cawan, juga Goa Sirep. Di tengah desa juga ada sendangnya.

"Tapi kami terkendalan pembiayaan untuk merawat dan mempercantik obyek-obyek wisata tersebut," keluhan Totok.

Tak hanya terkendala biaya untuk obyek wisatanya, Totok juga mengeluhkan kendala jalan ke desa tersebut. Padahal kondisi infrastruktur jalan merupakan faktor aksesbilitas yang menentukan kunjungan wisata. Hingga sekarang, jalan naik ke desa tersebut belum disentuh program perbaikan infrastruktur jalan wisata dari Pemerintah Kabupaten Blora. Dari Desa Soko naik ke Desa Waru jalannya masih bebatuan dan sebagian besar masih belum diaspal. Di musim penghujan, jalan kerap kali kondisinya becek. Tak hanya jalan naik ke desa ini, beberapa ruas jalan dari jalan nasional Blora-Cepu menuju desa ini juga belum disentuh dengan pembangunan. Sebut saja ruas jalan dari Desa Puledagel menuju Desa Bacem hingga Desa Jatirejo menuju Desa Soko. Kondisi jalan ini membuat Totok dan timnya belum mau berpikir lebih jauh dalam mengembangkan desa wisata di desanya.

"Dari Desa Soko naik ke desa kami ini masih ada sepanjang 1,5 kilometer yang kondisinya tak layak untuk menjadi jalan menuju tempat wisata di desa kami," katanya.

Dengan kondisi aksesbilitas ini, kelompok sadar wisata Desa Waru di Kecamatan Jepon masih belum bersiap untuk memikirkan terlalu jauh bagaimana mengembangkan desa wisata. Apalagi memikirkan amenitas yang meliputi fasilitas umum dan homestay di rumah penduduk.

***