Heritage Loco Tour Cepu

Masih beroperasi dengan lokomotif mini dan lokomotif diesel

Manajemen pengelolaan wisata Heritage Loco Tour Cepu beralih dari CV Hargo Dumilah sebagai pihak ketiga kembali ke KPH Cepu, dengan membentuk manajemen ekowisata. Memiliki 5 lokomotif uap, 2 lokomotif diesel, dan 1 lokomotif mini, wisata ini bisa menjadi paket unggulan untuk ditawarkan wisatawan domestik maupun mancanegara yang tertarik dengan benda-benda peninggalan sejarah. Apa kabarnya tempat wisata ini?

WISATA warisan dan peninggalan dari jaman Pemerintahan Hindia Belanda di Kabupaten Blora salah satunya adalah depo atau stasiun kereta api di Kelurahan Ngelo, Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora. Depo yang dibangun pada 1911 ini menyisakan lokomotif uap buatan Jerman maupun Belanda dan lokomotif diesel. Sayangnya, lokomotif-lokomotif mengalami kerusakan, dan hampir tak bisa dioperasionalkan.

"Sebetulnya masih ada 1 lokomotif diesel yang sudah dioperasikan. Tapi sudah sebulanan ini mengalami kerusakan, jadi belum bisa dipakai tur. Harapannya jelang libur akhir tahun 2022 sudah bisa dioperasionalkan," kata Tri Suharyadi, penanggung jawab Ecowisata KPH Cepu saat dijumpai pekan terakhir November 2022.

Lokomotif diesel yang dimaksud buatan Ruston & Hornsby, produsen peralatan industri di Lincoln, Inggris yang didirikan pada tahun 1918. KPH Perhutani Cepu memiliki 2 lokomotif diesel buatan Ruston, satunya mengalami kerusakan berat tidak bisa dioperasionalkan, satunya yang bisa dioperasionalkan mengalami kerusakan sejak Oktober 2022. Lokomotif diesel yang masih bisa dioperasionalkan ini mengalami kerusakan pada mesin dan rodanya.

"Kalau mesinnya yang rusak sudah kita bawa ke Semarang dan sudah jadi. Tinggal rodanya yang belum, perlu kita ganti," ujarnya.

Bagaimana dengan lokomotif uap?

"Kita memiliki 5 lokomotif uap, 3 buatan Jerman dan 2 buatan Belanda," sebutnya.

Tiga lokomotif dari Jerman ditandai dengan nama: Bahagia, Agustus, dan Tujuhbelas. Sementara yang dari Belanda dinamai Maju dan Hanomax. Lokomotif Maju diambil TMII untuk dipajang di sana, sementara Hanomax dipajang di Taman Cepu.

"Yang pernah kita operasionalkan terakhir tahun 2014 adalah Lokomotif Bahagia. Saat itu ada kunjungan turis dari mancanegara untuk pembuatan film dokumenter."

Mengalami kerusakan berat, Lokomotif Bahagia dikandangkan bersama Agustus dan Tujuhbelas. Manajemen Ekowisata KPH Cepu sebetulnya punya keinginan untuk memperbaiki lokomotif ini untuk keperluan tur. Namun masih berhitung lantaran biaya operasional sekali jalan dengan jarak tempuh 3 kilometer membutuhkan ongkos hingga Rp9 juta. Sehingga kalaupun dioperasionalkan, sistemnya dengan sewa. Kalau menggantungkan penjualan tiket, hitungan ekonominya tak masuk.

"Kalau lokomotif diesel, biaya hanya solar. Dengan tiket Rp60 ribu untuk jarak tempuh tur sejauh 1 kilometer, dan Rp160 ribu dengan jarak tempuh 3 kilometer, hitungannya masih bisa didapat. Sementara kalau lokomotif uap, butuh biaya operasional tinggi. Apalagi sebelum dipakai, perlu dipanaskan dulu selama 4 jam," tutur Hari, panggilan akrab Tri Suharyadi di masa SMA.

Tur dengan menggunakan lokomotif diesel Ruston untuk sementara terhenti. Namun pengunjung masih bisa tur kereta dengan menggunakan lokomotif Drensin. Ini lokomotif mini yang hanya sekaligus bisa dinaiki maksimal 6 orang, 7 termasuk masinisnya. Harga tiket tur Rp20 ribu per kilometer dengan jarak maksimal 3 kilometer. Sementara tiket masuk kawasan harganya Rp10 ribu. Dengan demikian, diperlukan Rp30 ribu untuk ongkos masuk depo sekaligus naik lokomotif Drensin dengan tur sejauh 1 kilometer.

"Untuk sementara kita melayani tur dengan Lokomotif Drensin," sebutnya.

Dengan harga tiket masuk depo Rp10 ribu, pengunjung bisa melihat-lihat lokomotif peninggalan zaman Belanda. Ada peninggalan gerbong yang pernah dinaiki Presiden Sukarno. Gerbong ini tergolong VIP. Kursinya terbuat dari anyaman rotan dengan kapasitas duduk 2 orang, berbantal. Ada 6 kursi, 2-2 berhadapan. Dilengkapi air conditioner tempo dulu.

"Kita hari libur masih banyak kunjungan. Bisa mencapai 50 orang. Kalau hari biasa, ya sekitar 10 hingga 20 pengunjung," kata Hari, yang video wawancara lengkapnya bisa disimak di atas.

Tertarik berkunjung ke sini? Lihat peta di bawah ini.