Famtrip Dolan Blora

Mengemas destinasi unggulan menjadi pola perjalanan wisata

Kabupaten Blora memiliki spot-spot destinasi wisata yang bisa diunggulkan. Kendati tidak masuk dalam kawasan strategis pariwisata nasional di Jawa Tengah yang menyasar wisatawan mancanegara, Kabupaten Blora bisa merencanakan kawasan wisatanya sendiri untuk menyasar kalangan wisatawan domestik. Saat ini Pemerintah Kabupaten Blora dibantu Universitas Gadjah Mada (UGM) tengah menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (RIPPARKAB) Blora. Di dalam rencana ini, akan ditentukan destinasi-destinasi yang bisa dikemas dalam pola perjalanan wisata. Salah dua dari destinasi ini adalah Loco Tour Cepu yang merupakan wisata sejarah (heritage) dan Kampung Samin Desa Wisata Sambongrejo yang merupakan wisata desa dan budaya. Dua destinasi ini pada Minggu, 27 November 2022 menjadi tujuan wisatawan domestik dari Yogyakarta. Bagaimana pola perjalanan wisata mereka?

LENY Ambarwati begitu bersemangat mengikuti tur wisata di Loco Tour Cepu pada Minggu pagi itu. Setiap ajakan dari pemandu wisata ia ikuti. Mulai dari masuk bengkel tempat lokomotif tua hingga naik ke gerbong kereta yang pernah dipakai Presiden Sukarno pada dekade 1950-an. Bahkan ia tak mau ketinggalan saat ada ajakan untuk naik lokomotif mini yang hanya memuat 5 orang.

Leny adalah satu dari 20-an wisatawan dari IFC (indonesia fashion chamber) Yogyakarta yang pada hari Minggu itu menikmati perjalan wisata di Kabupaten Blora. Ia bersama rombongan berangkat subuh dari Yogyakarta, tiba di Cepu sekitar jam 9 pagi. Sejenak mereka istirahat dan berganti pakaian di salah satu penginapan yang ada di Cepu. Menggunakan bus, rombongan lalu berkunjung ke Heritage Loco Tour Cepu.

"Hari ini kami berwisata di Loco Tour Cepu dan Kampung Samin," katanya.

Bagi Leny, Kampung Samin telah ia kenal sejak lama. Namun untuk Loco Tour Cepu, hari itu baru pertama kalinya. Ia mengaku tertarik dengan wisata sejarah perkereta-apian yang ada di Cepu ini. Ia pun menyimak setiap penjelasan dari pengelola tentang lokomotif-lokomotif yang ada di depo (stasiun) di Kelurahan Ngelo, Kecamatan Cepu ini.

"Saya tahunya Ambarawa. Tidak tahunya di Cepu Blora ini ada juga," komentarnya.

Ambarawa yang Leny maksud mengacu pada Museum Kereta Api Ambarawa yang merupakan stasiun kereta api yang sudah dialihfungsikan menjadi sebuah museum. Berbeda dengan Loco Tour Cepu yang dikelola Perhutani, di Ambarawa dikelola PT KAI. Kereta api yang ada di Cepu ini memang milik Perhutani yang dulunya digunakan untuk angkutan kayu hutan. Sementara di Ambarawa merupakan angkutan penumpang. Sama-sama memiliki wisata tur naik kereta api jadul, di Cepu penikmat perjalanan naik kereta api akan disuguhi pemandangan hutan. Sayangnya memang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk perjalanan wisata naik kereta api jadul melintasi belantara hutan.

"Butuh biaya tinggi untuk mengemas wisata ini," kata Tri Suharyadi, penanggung jawab pengelola Loco Tour Cepu.

Usai melihat-lihat kereta api jadul dan gerbongnya di kawasan depo, Leny sempat menjajal perjalanan naik Lokomotif Drensin yang merupakan lokomotif mini bermuatan 5 hingga 6 orang, sebelum melanjutkan perjalanan wisatanya ke Kampung Samin di Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong.

Di Kampung Samin, beberapa orang dari rombongan wisatawan ini sempat menjajal kotekan lesung yang menjadi ciri khas kampung wisata tersebut. Dua tembang dimainkan oleh ibu-ibu dari Kampung Samin ini menggunakan kotekan lesung. Tembang terakhir memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk ikut dalam kotekan.

Selesai kotekan, Pramugi Prawiro Wijoyo, tokoh Sedulur Sikep Samin di desa tersebut memberikan kata sambutannya sebelum menyampaikan pitutur luhur yang menjadi paket wisata di desa wisata tersebut. Dalam pitutur ini, Mbah Pram, sapaan akrabnya menyampaikan tentang prinsip-prinsip dasar kehidupan dari masyarakat di Kampung Samin.

"Tujuan hidup itu 5," katanya dalam Bahasa Jawa.

"(Yaitu) demen, becik, rukun, seger, waras," sebutnya kemudian, yang diteruskan dengan penjelasannya.

"Dalam menjalankan tujuan hidup ada 5 larangan: tidak boleh dengki, srei, panasten, dahpen, dan kemeren," tuturnya sembari menjelaskan maksudnya.

"Sementara pedomannya ada 3: pangucap, pertikel, dan kelakuan," sebutnya sambil menjelaskan maksudnya.

Pitutur-pitutur luhur dari Kampung Samin ini masuk dalam paketan wisata saat ada kunjungan ke desa wisata ini, selain ada makan siang dan krowotannya, yakni jajanan yang terdiri dari jagung rebus, gethuk, kacang rebus, pisang rebus, ketela, dan buah-buahan. Krowotan dan makan siang ini akan dikeluarkan setelah selesainya pitutur luhur disampaikan Mbah Pram.

Dikutip dari situs berita UGM, Peneliti Pusat Pariwisata UGM, Wijaya, S.Hut.M.Sc., mengatakan, Kampung Samin merupakan satu dari 42 spot wisata budaya yang ada di Kabupaten Blora. Sementara wisata budaya sendiri di Kabupaten Blora jumlahnya paling banyak jika dibandingkan wisata alamnya yang berjumlah 24 titik. Dengan jumlah spot wisata budaya dan alam ini, bukan tidak mungkin Kabupaten Blora mengembangkan pola perjalanan wisata yang bisa ditawarkan ke wisatawan melalui agen-agen perjalanan. Pemerintah Kabupaten Blora sendiri bersama UGM pada Juni 2022 telah mendiskusikan untuk menyusun Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (RIPPARKAB) Blora. Dari rencana induk ini, pola perjalanan wisata ke Kabupaten Blora bisa ditemukan.

“Hanya saja ada beberapa permasalahan menghadang dalam pengembangannya antara lain infrastruktur jalan menuju objek atau desa-desa wisata rusak dan sempit, minimnya fasilitas wisata, mayoritas daya tarik wisata bersifat embrio, dan status kepemilikan lahan wisata sebagian besar dimiliki Perhutani dan BBWS," kata Wijaya, dikutip dari situs berita UGM.

***