Menjajal tur naik lokomotif mini di depo Loko Tour Cepu

Heritage Loko Tour Cepu memiliki lokomotif mini yang memuat hingga 6 orang. Lokomotif Drensin, namanya. Lokomotif mini ini dapat menggantikan lokomotif besar bermesin diesel untuk bisa tetap melayani pelancong yang berkunjung ke wisata heritage ini saat lokomotif diesel mengalami kerusakan. Bila pelancong ingin tetap bisa jalan-jalan menyusuri pinggiran Kota Cepu hingga melintas batas provinsi saat lokomotif diesel dihentikan operasionalnya, bisa naik lokomoti mini. Uang tiket yang dikeluarkan juga tak mahal, cukup Rp20 ribu. Namun perlu rombongan untuk memenuhi tempat duduk. Bagaimana rasanya?

PANJANGNYA lokomotifnya tak lebih 2 meter, dengan tinggi tak lebih 1,5 meter. Berbentuk agak lonjong, lebih mirip gerbong kecil lantaran panel masinis berada di tengah. Sekaligus menjadi gerbong, penumpang duduk satu tempat dengan masinis yang berada di tengah menghadap panel lokomotif. Cat badannya sudah kusam, gambar lokomotif uap dengan latar hutan samar-samar masih kelihatan. Ada tulisan wisata kereta yang ditulis dengan huruf kapital berwarna merah dengan garis huruf warna hitam, rata kiri di bagian atas badan lokomotif. Separo badan berjendela kaca, mirip angkot. Dengan lis jendela warna kuning, lebar jendela tak lebih dari 1 meter panjangnya. Atapnya bercat hijau terang, ada tulisannya Blora Mustika berhuruf besar semua.

Lokomotif ini disiapkan untuk sewaktu-waktu menggantikan lokomotif diesel bila mengalami kerusakan. Kebetulan siang itu yang melancong ke wisata heritage (sejarah) ini mendapati lokomotif diesel diistirahatkan di bengkel lantaran perlu diganti onderdil rodanya. Mau gak mau saat punya ketertarikan untuk jalan-jalan naik kereta harus pakai Lokomotif Drensin.

Pak Tanto, masinis Lokomotif Drensin masuk belakangan setelah enam penumpang terisi. Kami, juru kamera ikut naik untuk pengambilan gambar. Berdiri di pintu masuk lokomotif, satu tangan berpegangan dan satu tangan memegang kamera.

"Ci ci ci ci ci ci......." bunyi agak melengking terdengar saat mesin dinyalakan Pak Tanto.

Bunyinya agak melengking ini hilang setelah kereta dijalankan. Menyusuri rel sepanjang satu kilometeran, kereta melaju dengan kecepatan tak lebih 20 kilometer per jam.

Satu tangan Pak Tanto memegang kemudi. Bentuknya seperti pegangan tongkat. Bila berbelok, tinggal diputar pelan.

Sepanjang perjalanan, pemukiman rumah dan pelataran halaman menjadi pemandangan. Kereta sempat melintas memotong jalan di pertigaan Jln. Ronggolawe Cepu.

Tak berapa lama kemudian, tampak jembatan kereta api yang membentang di atas sungai yang memiliki lebar 30-an meter. Jembatan kereta ini adalah penanda perbatasan provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti halnya Jembatan Batokan di jalan raya.

Setelah seratusan melintasi jembatan, kereta pun kembali. Kini giliran juru kamera di depan, mengambil gambar rel kereta dan pemandangan lebih leluasa.

Perjalanan ini tak lebih 15 menit. Selamat menyaksikan tayangan videonya di bagian atas artikel ini.

***