Berkaca dari matinya Kampung Pelangi di Desa Bangsri

Pentingnya tata kelola destinasi pariwisata

Desa Bangsri di Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora sempat populer dengan wisata desanya yang mengambil tema Kampung Pelangi sebagai atraksi wisata buatan. Sayang, dengan tata kelola yang buruk, moncernya Desa Bangsri sebagai desa wisata meredup. Kini coba dibangkitkan dengan ide-ide segar. Sebenarnya apa yang terjadi pada destinasi wisata ini?

PEMUKIMAN penduduk itu kini sudah tak meriah seperti dulu. Pemukiman yang dulu dikenal dengan sebutan Kampung Pelangi dari Desa Bangsri tak ada lagi aktivitas keramaian seperti beberapa tahun sebelumnya. Warga bertani kembali seperti sebelumnya.

Matinya wisata desa ini diakui Derry Qudha Dharma, anggota kelompok sadar wisata Desa Bangsri, lebih disebabkan manajemen yang buruk. Kaum muda yang tergabung dalam karang taruna kampung tersebut kurang memiliki kapasitas untuk mengelola tempat wisata, baik secara produknya maupun secara akuntansinya. Akibatnya, inovasi-inovasi atraksi wisata sulit muncul lantaran masih berkutat pada permasalahan anggaran kelola tempat wisata.

"Jadi lebih banyak pada pengelolaan manajemen keuangannya," ujarnya saat dijumpai di rumahnya, awal November 2022.

Saat awal dilahirkannya wisata desa tersebut, tata kelolanya sempat dipegang oleh badan usaha BUMDes. Di dalamnya terlembaga manajemennya, termasuk ada struktur yang berfungsi dan bertugas mengawasi tata kelola.

"Tapi lalu diminta oleh karang taruna pedukuhan," sebutnya.

Lantaran bukan lembaga usaha tapi lembaga kegiatan pemuda, akhirnya pengelolaan tempat wisata tersebut mulai tidak menggunakan prinsip-prinsip manajemen usaha pariwisata. Hal ini juga diakui Laga Kusuma, Kepala Desa Bangsri, Kecamatan Jepon.

"Kendala memang di manajemen. Karena memang tidak pernah melakukan pengelolaan wisata, jadinya memang agak amburadul," kata Laga.

Selain tata kelola, menurut Laga yang membuat wisata desa di desanya tidak bisa berkembang baik karena disebabkan aksesbilitasnya.

"Terus kendalanya jalan menuju tempat wisata di desa kami yang kondisinya masih buruk," cetusnya.

Belajar dari sini, pengembangan desa wisata di Bangsri akan lebih dimanajemen dengan rapi.

"Pengembangan wisata desa tetap masih (jalan). Seperti saat ini kami sudah punya agrowisata, lalu kita rencanakan untuk membuat patung besar Naya Gimbal," katanya.

****